Aku dan Ibi sowan dari tenda ke tenda di tapak kemah perempuan. ke tenda Jawa Timur. waw.., keren, disini tendanya kreatif sekali membuat tapak kemahya. Di bagian terasnya terdapat rak buku, dan isinya kalian tahu apa? Komik Conan semua! Saat aku dan Ibi masuk ke tenda ‘ruang tamu’, ada meda berkaki pendek dan buku tamu seperti di resepsi pernikahan.
di situ ada jam, tanggal, nama, asal kontingen, kontak yang bisa dihubungi. Dan terakhir tuuan kedatangan. Aku menyikut si Ibi dan bertanya “Tujuan kita apa?” ibi cuma nyengir dan memberitahuku dia sudah punya janji dengan kenalan cewek di sini. “Aku mau minta jenang disini,”
“Ibi! Eh., kowe tho,” namanya Nisa, tubuhnya mungil dan kurus. tapi jelas mempunyai daya tarik tersendiri. Ia tampak cekatan dan cerdas. Pantas, saat diskusi makan siang tadi, Ibi menjelaskan betapa ia mengagumi gadis Jawa Timur ini. Dan mereka cuma bertemu kebetulan saja di bazar saat malam pengajian akbar. (Banyak yang kabur karena kebosanan).
Dari tenda Jawa Timur, kami mampir ke tenda Jawa Baraat. Nah, kalau ini memang teman-teman si Ibi dulu sebelum sekolah di Jogja. Pantas ia bisa bicara nyunda. Sampai ustadnya mereka di MTs dulu. Akhirnya dengan wajah gugup Ibi pun menerima handphone, waduh banyak kosa-kata Arabnya. Aku cuma diam dan meilih beramah-tamah dengan teman-teman lama Ibi. ” Ibi gimana dulu pas MTs?”
“Wah, pendiem dulu mah gue,” tahu-tahu si Ibi nyahut.
“Iya, dia pemalu dulu,” Aku seketika melongo. Gak nyangka aja Ibi yang supel ini pemalu “Resek gak dia?” Tanyaku lagi seraya terkekeh. “Iya nyebelin dia mah!” hebat. Betapa teman dekat justeru sering meledek dan mengejek. “Iya, na’am ustadz, ana fil kasyafah, Kalimantan ustadz,” Ibi menutup salam dan kami kembali ke tenda. Hujan malah menderas. Terpaksa Ibi berteduh sebentar di tendaku. Aku sibuk menyerok air yang menggenang di teras tenda. Tiba-tiba Kindi datang terengah. Dan jelas wajahnya tidak membawa kabar baik. “Kenapa Kak Kindi?” Tanyaku masih mengelap air yang tampias masuk ke dalam tenda.